Salah seorang akhwat bercerita, beberapa bulan setelah melangsungkan akad nikah dan merayakan pesta pernikahan, kemudian tinggal serumah dengan keluarga suaminya. Namun ada yang menjadi ganjalan dalam hatinya, keluarga suaminya bukan keluarga yang tekun beragama, dan yang membuat hatinya semakin sedih, tenyata keluarga suaminya kurang menyetujui perkawinannya, yang mengakibatkan hubungan dengan keluarga suaminya kurang harmonis. Sementara suaminya merupakan anak laki-laki satu-satunya dan kedua orang tuanya sangat mencintainya. Yang menjadi kekhawatiran akhwat tersebut adalah kebencian ibu mertua kepadanya akan mempengaruhi hubungan dengan suaminya.
Kasus di atas sering sekali dialami oleh PASUTRI, hal yang pertama kali kita renungkan adalah nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
“Maukah Aku kabarkan kepadamu amalan yang lebih utama dari derajatnya puasa, shalat dan sedekah? Mereka menjawab, “Silahkan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mendamaikan pihak yang bertikai, karena Rusaknya hubungan (silaturrahim) mengikis (kebaikan).”
Saudariku tercinta; sebenarnya tidak ada satu masalah rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan, seberat apapun, termasuk masalah di atas. Setiap masalah ada jalan keluarnya. Tetapi yang menjadi masalah adalah apakah yang bersangkutan mau melaksanakan solusinya.
Berapa banyak orang yang menghadapi kesulitan dan problema hidup, kemudian melangkah keluar untuk mencari solusi, setelah menemukan kunci masalah tidak mau membukanya. Atau mereka beranggapan bahwa kalau sudah mendatangi alim ulama spontan masalah yang dihadapinya hilang seketika tanpa melakukan perbaikan. Demikian itu tdaik benar, karena orang lain hanya membantu mencarikan jalan keluar dan solusi terbaik yang mungkin bisa ditempuh untuk mencapai hasil yang dimaksud.
Dan selebihnya adalah usaha si pelaku sendiri, mau atau tidak menyelesaikan masalahnya dan berusaha mengakhiri penderitaan yang dialaminya. Ibarat seorang dokter, sehabat apapun resep obat yang diberikan, kalau pasien tidak ada keinginan untuk sembuh dan tidak ada kemauan meminum obatnya, bagaimana bisa sembuh dan sheat?
Adapun jalan keluar kasus di atas adalah sebagai berikut :
Pertama: Kebencian yang tampak dari keluarga suami, mungkin disebabkan oleh gambaran yang tidak benar mengenai diri istrinya, dan seandainya enggapan mereka itu benar, maka kondisinya hanya bersifat sementara dan akan hilang. Apalagi saat sang istri mampu menunjukkan sikap yang baik dan santun kepada mereka. AKhlak yang baik akan meluluhkan kerasnya hati, dan mencairkan suasana yang tegang. Banyak sekali kejadian seorang wanita menikah dan keluarga suaminya tidak menyukainya tetapi si wanita tersebut menunjukkan akhlak yang mulia dan tingkah laku yang penuh dengan adab akhirnya keluarga suami menerimanya bahkan menyayangi dan mencintainya.
Kedua: Hendaklah sang istri bersabar dan menampilkan kepada keluarga suaminya dengan akhlak dan perilaku yang paling indah. Karena mereka adalah orang yang paling berhak dan paling patut mendapat kebaikan dari seorang istri, terutama ibu mertuanya. Ibu mertua harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya dan dianggap seperti ibunya sendiri.
Ketiga: Hendaklah seorang istri banyak berdoa dan memohon kepada Allah, semoga Allah berkenan memberi taufik kepada sang istri maupun kepada sang mertua, sehingga sang istri dan mertua bisa bergaul dengan baik. Dan ketauhilah, betapapun seseorang mencari jalan keluar, namun taufik dan hidayah tetap ada di tangan Allah.
Oleh : Ustadz Zainal Abidin, Lc
(Sumber : Kalau Kau Jantan Ceraikan Aku, Pustaka Imam Bonjol)