Soal:
Apakah anak Zina tetap di Aqiqahi?
Jawab:
Alhamdulillah, Sunnah menganjurkan aqiqah untuk anak yang baru lahir secara umum dan tanpa dikhususkan.
Dari Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ : تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ ، وَيُحْلَقُ ، وَيُسَمَّى
“Setiap anak tergadai dengan aqiqah, disembelih baginya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil)
Dari Ummu Kurzin, Bahwasannya dia bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tentang aqiqah, maka Rasulullah bersabda,
عَنِ الغُلَامِ شَاتَانِ ، وَعَنِ الأُنْثَى وَاحِدَةٌ
“Untuk laki-laki dua kambing, dan untuk perempuan satu kambing.” (HR. at-Tirmidzi dia berkata hadits hasan shahih)
Anak zina masuk ke dalam keumuman hadits-hadits di atas, maka perlu diaqiqahi. Dan ketika anak tersebut dinasabkan kepada ibunya, maka ibunyalah yang mengaqiqahinya.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,
“Apakah dibolehkan bagi ibu untuk mengaqiqahi anaknya hasil berbuat zina (anak zina) dan apakah bagi anak ada hak nafkah?
Beliau menjawab,
Yah, bagi ibu untuk mengaqiqahi anak (hasil zina). Disunnahkan baginya untuk mengaqiqahi anaknya (hasil zina-pent), baginya juga untuk memberikan nafkah anaknya jika mampu. Jika tidak mampu, maka diserahkan kepada yang bertugas memelihara dari Negara.
Jika dia mampu, maka membimbingnya dan berbuat baik kepadanya, dan mengaqiqahinya. Diharuskan untuk mendidiknya dan sang ibu juga harus bertaubat atas apa yang telah dilakukannya. Dan anaknya dinasabkan kepada sang ibu.
Sedangkan bagi yang berzina dengannya, maka baginya juga untuk bertaubat. Dan tidak wajib atasnya memberi nafkah, karena anak tersebut bukanlah anaknya tetapi anak zina, baginya untuk bertaubat kepada Allah. Dan anak tersebut adalah anak ibunya, dinasabkan kepada ibu, dan bagi ibu untuk memberikan nafkah.
Selesai
Majmu’ Fatawa Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Diambil dari http://islamqa.info