Alasan Tidak Cinta, Cerai Dijatuhkan

Hubungan pasutri pada umumnya dimulai dengan cinta dan kasih sayang, seluruh pihak berusaha mempersembahkan yang terbaik demi kebahagiaan dan ketentraman rumah tangganya. Namun seiring dengan berjalannya waktu kondisi mereka mulai berubah, mulai ada sedikit perbedaan dan pertentangan, yang hal tersebut mungkin tidak terbayangkan sebelumnya.

Bila hal tersebut tidak segera diselesaikan, akan mengancam kutuhan rumah tangga yang baru dibangunnya. Apalagi bila kedua pasangan terjebak ke dalam rutinitas keseharian yang membuat mereka jarang bertemu, sehingga muncullah rasa bosan dan mematikan komunikasi di antara mereka. Akibatnya, hubungan suami istri terasa hambar dan kaku, lambat laun kondisi semakin parah dan mendekati ambang kehancuran. Lalu keduanya saling bertanya-tanya di dalam hati, “Kemanakah perginya rasa cinta yang pernah ada pada hatiku?”

Sebagian lelaki kadang tergesa-gesa menjatuhkan talak. Terutama pasangan yang tidak paham hak dan kewajiban dalam pernikahan. Jika hanya cinta yang menjadi pengikat utama, bila sedikit saja merasakan keringnya cinta, perceraian menjadi pilihan.

Cinta ibarat bibit, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pemeliharaan agar tumbuh dan berkembang serta menghasilkan buah yang menggembirakan. Merawat perasaan cinta lebih mudah daripada pekerjaan cinta, karena terkait dengan kebersihan menjaga suasana hati. Maka hati menjadi pertimbangan utama dalam penilaian di hadapan Allah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya Allah tidak melihat penampilan dan harta benda kalian tetapi Dia melihat amal dan hati kalian.” (HR. Muslim dan lainnya)

Sesungguhnya hubungan pernikahan tidak hanya dengan cinta dan kasih sayang, tetapi meliputi kesiapan untuk berkorban atau berbuat untuk kemaslahatan pihak lain secara proporsional. Kita wajib membedakan antara perasaan cinta dan pekerjaan cinta. Perasaan cinta memang penting tapi pekerjaan cinta untuk memelihara cinta itu sendiri jauh lebih penting, yaitu berupa pengorbanan untuk menumbuhkan keharmonisan dan kehangatan, mengusir kebencian dan mengembalikan cinta yang telah hilang.

g3785Jadi, kehidupan rumah tangga, menurut hipotesis dan penelitian ilmiah, tidaklah terbangun pada rasa cinta dan suasana romantis saja, tetapi adanya rasa tanggung jawab, bersikap adil dan terbuka dalam keadaan senang dan marah, amanah dalam menjaga kehormatan, bersikap sederhana dalam urusan materi dan menghiasi diri dengan adab dan akhlak Islam saat bergaul dengan pasangan, perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling bagus akhlaknya,” (HR. Bukhari & Muslim)

Umar bin Khaththab berkata kepada seseorang yang hendak mentalak istrinya, “Kenapa anda mentalaknya?” Ia berkata, “Saya tidak mencintainya?” Umar berkata, “Apakah semua rumah tanggan dibangun atas dasar cinta?” Kalau begitu manakah pentingnya memelihara rasa cinta dan kebencian. (Lihat Faridul Kalam Lil Khulafail Kiram, hal.113)

Sedangkan alasan tidak ada kecocokan, semata-mata karena tidak pandai memahami hak dan kewajiban, tidak besar hati menerima kelebihan dan kekurangan, kurang ikhlas memperbaiki kelemahan, atau mungkin terlalu sombong dengan kelebihan masing-masing. Hal semacam ini bisa terjadi karena salah memilih teman dalam pergaulan atau karena terlalu sering menyaksikan infortaiment dan sinetron murahan.

Oleh. ustadz Zainal Abidin, Lc

(Sumber : Kalau Kau Jantan Ceraikan Aku, Pustaka Imam Bonjol)

34901 Total Views 5 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published.